Wednesday, December 21, 2011

Perahu Kertas


perahu kertas - Dee
Judul buku : Perahu Kertas
Penulis : Dewi “Dee” Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka, 2009
Tebal : 444 Halaman
Harga : Rp. 69.000,-


Novel perahu kertas ini merupakan karya ke lima dari seorang Dee Lestari setelah karya-karyanya Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, Supernova Dua: Akar, Supernova Tiga: Petir, dan Rectoverso yang cukup sukses menarik hati para penikmat novel. Sedikit berbeda dengan novel Supernova yang karakter-karakternya sudah menginjak dewasa ada yang telah berumah tangga, novel ini lebih bergenre remaja. Kisah yang diangkat juga tentang persahabatan, cinta remaja, impian, dan pengorbanan. Gaya bahasa novel ini sederhana, dan ringan. Meski gaya bahasanya ringan, tapi novel ini menghadirkan kembali ciri khas Dee, yaitu kisah tentang meraih Impian.

Kisah ini berawal dari Kugy, gadis mungil, penghayal, berantakan, dan pecinta lagu-lagu tahun ‘80an. Kugy memiliki impian suatu saat bisa menjadi penulis dongeng terkenal. Kugy yang baru lulus SMA, melanjutkan kuliahnya di Bandung dan satu kost dengan sahabatnya, Noni. Kugy kecil pernah berkhayal bahwa dirinya adalah anak buah dewa Neptunus yang diutus untuk tinggal di daratan. Maka setiap ada aliran air dimanapun, Kugy akan selalu menghanyutkan suratnya untuk dewa Neptunus yang dia bentuk menjadi perahu kertas.

Kisah ini juga berawal dari Keenan, cerdas, artistik, dan selalu penuh kejutan. Keenan memiliki impian suatu saat bisa menjadi pelukis terkenal. Keenan yang tinggal bersama neneknya di Amsterdam, harus pindah ke Bandung untuk kuliah di Fakultas Ekonomi. Keenan memiliki sepupu, Eko, yang juga pacar Noni, sahabat Kugy. Dari Noni dan Eko lah Keenan dan Kugy berkenalan.
 
“nggak matching. Antara minat, cita-cita, dan keinginan orang tua. Mingkin kita harus berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa jadi diri kita lagi”
Seperti sudah ditakdirkan untuk bersama, Kugy dan Keenan memiliki banyak kesamaan yang saling melengkapi. Sama-sama memiliki nama depan K, sama-sama memiliki impian tapi belum bisa dicapai demi membahagiakan orang lain. Kugy hobi menulis dongeng, sementara Keenan, melalui coretan kanvasnya, ia mampu memvisualisasikan tokoh dan cerita dongeng Kugy ke dalam lukisan. Kesamaan-kesamaan ini yang seperti radar Neptunus membuat mereka semakin dekat, saling mengagumi namun tak mampu di ungkapkan. Saat itu Kugy sedang berpacaran dengan Ojos sementara Keenan sedang dijodohkan dengan Wanda.
Meski tempat mereka berdiri sangat berisik, Kugy dapat mendengar Keenan berbisik disela-sela rambutnya yang berkibar ditiup angin. Entah Keenan berbisik untuknya, untuk dirinya sendiri, atau untuk mereka berdua. Namun dengan jelas Kugy menangkap tiga kata yang dibisikkan Keenan: “bulan, perjalanan, kita...” 
Perjalanan cinta Keenan dan Kugy ternyata tak semulus yang diharapkan. Kesalahpahaman yang terjadi antara Keenan dan Kugy membuat mereka semakin jauh, bahkan membuat persahabatannya dengan Noni ikut retak. Kugy menghindar dari mereka. Di saat hatinya kosong, Kugy menemukan Remi yang sangat mengerti Kugy. Ditempat yang lain, di Bali, Keenan juga menemukan orang yang bisa membuatnya melukis lagi setelah Kugy menghilang, dialah Luhde.

Walaupun novel ini seperti novel teenlit, chiklit, dan sejenisnya, yang setiap adegannya dengan mudah bisa ditebak oleh pembaca, tapi buku ini mampu membuat perasaan saya campur aduk. Moment yang paling saya sukai saat Keenan dan Kugy di kereta api dan Keenan berbisik “bulan, perjalanan, kita...” perasaan Keenan yang tulus mampu menyentuh saya. Perasaan saya juga ikut hancur, kecewa, sama seperti perasaan Kugy ketika tahu Keenan akan Noni jodohkan dengan Wanda. Ikut geregetan saat Noni menemukan surat milik Kugy yang tertinggal di kost tapi Noni hanya membiarkan suratnya begitu saja. Dee benar-benar mampu memainkan emosi pembaca seperti roller coaster.

Alur cerita novel ini mengalir, seperti air dan membuat pembaca ikut hanyut kedalam kisah yang ditulis Dee, seperti perahu kertas yang Kugy hanyutkan disungai, mengalir menuju lautan. Tapi novel ini terkesan seperti sudah diatur, karena terlalu banyak kebetulan-kebetulan di setiap adegannya. Menurut saya itu itu hak prerogatif seorang Dee sebagai tuhan untuk karya ciptaanya. Bahkan dalam dunia nyata pun, tak ada kebetulan yang terjadi dalam hidup ini. Pasti selalu ada rencana Tuhan didalamnya. 

Konsep berputar, menjadi sesuatu yang lain demi menjadi diri sendiri di Perahu Kertas ini sepertinya gambaran perjalanan hidup seorang Dee yang ia tuangkan di novelnya. Ada pesan halus yang saya tangkap bahwa untuk mewujudkan impian tidak akan pernah mudah, selalu butuh kerja keras dan kesabaran. Kesabaran yang aktif dengan tidak melupakan impian itu walaupun langkah yang kita ambil harus berputar lebih dulu. Justru langkah yang berputar itu akan membuat kita semakin kaya akan pengalaman dan itu yang membawa warna-warni dalam hidup. Bukankah pelangi lebih indah jika berwarna-warni?. Karakter-karakter yang Dee ciptakan di novel ini berinteraksi, berhubungan satu sama lain, menciptakan jaring laba-laba yang seolah-oleh kusut namun mudah terurai. Di sini kita dapat melihat kepiawaian Dee menciptakan kompleksitas sebuah alur cerita untuk kemudian menguraikannya secara perlahan dan hati-hati sehingga mengisyaratkan bahwa tokoh-tokoh yang hadir semuanya memiliki peran masing-masing dalam cerita.

Selain tentang persahabatan, dan cinta, Dee juga mengangkat issue sosial yang terjadi di sekitar kita. Kisah Jendral Pilik dan pasukan Alit buatan Kugy terinspirasi dari murid-muridnya di sakola Alit. Disudut kota bandung, masih ada anak-anak mulai umur 4-9 tahun yang belum bisa membaca dan menulis. Bahkan mereka tak pernah mengenal sekolah karena keterbatasan ekonomi dari orang tua mereka. Sudah pasti anak-anak kecil itu tak mengenal dongeng-dongeng seperti cinderella, pinokio, snow white, dan thumbelina. Ini adalah cerminan dari saudara-saudara kita yang tinggal di pinggiran kota.

Seperti cerita cinta lainnya yang selalu berakhir happy ending, novel ini juga berakhir happy ending. Tapi dengan kecerdasan Dee yang menampilkan konflik-konflik yang terjadi, novel ini tidak akan monoton untuk dibaca halaman demi halaman. Saya yang dikategorikan lambat dalam membaca, bisa menyelesaikan novel ini hanya dalam waktu 2 hari. Sebagai sebuah buku, buku ini layak untuk dibaca dan dijadikan bingkisan untuk orang-orang tersayang sebagai sarana menebarkan cinta. Karena itu esensi dari perahu kertas yang dihanyutkan Kugy untuk mengirimkan pesan-pesan cinta, dan juga novel ini ‘ringan’, Seringan perahu kertas yang hanyut di aliran air untuk menyampaikan pesan cintanya kepada Neptunus. Diwarnai pergelutan idealisme, persahabatan, tawa, tangis, dan cinta, “Perahu Kertas” tak lain adalah kisah perjalanan hati yang kembali pulang menemukan rumahnya.


***
p.s : novel Perahu Kertas ini direview karena memenuhi salah satu syarat  ada huruf "P" pada judul untuk 2011 End of Year Book Contes

3 comments:

Oky on December 21, 2011 at 6:13 AM said...

Aaww, sweet review..

Makasih ya sudah berpartisipasi dalam kontes. Dan jangan lupa tambahkan alasan pemilihan novel ini, sesuai syarat dan ketentuannya yaa~ :)

Liaa on December 28, 2011 at 1:45 AM said...

makasii mbak, sudah mampir dan baca review ini..
alasannya juga udah ditambahkan.. :)

candradewi on January 3, 2012 at 2:16 PM said...

weeeeish... ini ya yg menang... :) hdiahnya apaan? :)

Post a Comment

 

Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez